Ford Fiesta, gak ada kapoknya

Dari beberapa pilihan waktu mau cari mobil, akhirnya jatuh hati sama si Fiesta by Ford, seri FFS 1.6L. Beberapa pertimbangan ambil karena bodinya compact, model cukup sporty, handling oke, dan yang pasti kenceng. Menurut saya sih gak salah pilih untuk jadi penunggang FFS. Kelemahan pasti ada, yaitu di bagian transmisi dual clutch system, termasuk juga TCM (transmission control modul). Dan itu yang jadi momok pengguna FFS. Apa itu transmisi dual clutch, saya gak akan bahas disini deh.

2 tahun lebih megang si Fiesta ini, 2 kali ganti clutch, dan 1 kali ganti TCM, dengan biaya gratis, alias masih ditanggung sama pabrikan. Kalau harus bayar mungkin total habis 30 juta. Alhamdulillah. Agak worry juga kalau error pas perjalanan luar kota, yang notabene nggak semua bengkel paham tentang transmisi dual clutch si FFS. Dan sekali TCM failed, gak akan bisa dibenerin, alias harus diganti. Masih syukur kalau nggak mati dijalan ini transmisi.

Demi kenyamanan hati, akhirnya dengan berat hati FFS ini dilepas. Apa daya, daripada ada failed di jalan waktu perjalanan luar kota.

Hidup tanpa mobil pribadi di Jakarta sebenernya biasa aja, ada Grab atau GoCar sebagai alternatif pengganti. Hanya mungkin agak rempong saat mau ajak anak – anak jalan – jalan atau saat mudik, atau sekedar ingin eksplor tempat – tempat wisata atau kuliner di sekitaran Jabodetabek.

Rental mobil bukan jalan keluar yang joss buat saya, karena beberapa hal. Pertama, butuh waktu untuk booking, karena untuk weekend biasanya mobil – mobil ini udah full booked, yang artinya dari jauh – jauh hari rencana bepergian udah terencana. Kedua, gak semua mobil nyaman untuk dikendarai. Kadang bau rokok, bau bekas makanan, atau malah bau parfum yang naudzubillah lebih heboh dari wanginya biduan dangdut. Dan sepertinya dipaksain banget pengen jalan – jalan misalnya ke Bogor aja harus sewa mobil. Semacam orang kayah. Bukan kebutuhan primer atau skunder, tapi sepertinya lebih baik ada mobil di rumah. Akhirnya jatuh hati lagi dengan FFS  yang lebih muda, dan yang pasti M/T dengan segala kelebihan dan kekurangannya dibanding si kakak sebelumnya.

Overall thanks buat Henry Ford atas warisannya, walaupun si Fiesta ini yang pasti bukan hasil desainnya. Kesan fun to drive-nya bikin nagih, buat duduk di jok bucketnya yang kenceng mencengkram badan, plus erangan knalpot sporty yang meraung saat kaki full kickdown menuju klimaks torque di RPM 4000 up.

Leave a comment